MALAIKAT PENJAGA DI PERJALANAN MENUJU DESA



Suara azanpun berkumandang, langit biru yang cerahpun seolah takjub mendengarkan lantunan suara azan satu satunya yang bersumber dari masjid An-nur oksibil. Siang  ini langit begitu cerah, yang rencananya aku siang ini akan kembali ke desa karena dua hari lagi aku akan menjadi ibu guru sungguhan karena hari pertama masuk dan mengajar di sekolah.

Habis sholat dzuhurpun pak de menghampiriku “uni, ayo berangkat nanti hujan” sahut pak de dari ujung pintu saat masuk. Memang pak de kemaren menawarkan diri untuk mengantarkanku keperbatasan desa.  Pak de adalah penjaga BPS (badan pusat statistic) yang  biasanya tempat kita numpang nginap selama di kabupaten, selain karena pegawainya pada pulang kampung liburan juga karena ada wifinya, selain dari menjaga BPS pak de juga mengojek. Pak de sangat taat, selalu sholat lima waktu berjama’ah kemasjid.

Akupun bergegas bersiap-siap. Dan langsung menghampiri pak de yang sudah menunggu dengan motor vixon merahnya di depan jalan.   Walaupun aku sudah merasa nyaman sekali di kabupaten, mau tidak mau aku harus berangkat kedesa karna sudah mau sekolah. Aku menikmati sekali perjalanan naik motor karna  pemandangannya yang indah dan udara yang sejuk sekali.  Di ujung jalan terlihat sudah mulai berkabut pertanda akan hujan deras.

Setelah lima belas menit perjalanan, tiba-tiba gerimis, dan disusul oleh hujan deras beberapa saat kemudian. Saat itu aku dan pak de berada di dalam hutan yang tidak ada tempat berteduh, tidak ada rumah penduduk. perjalanan yang mendaki, menurun, dan jalan licin karena belum di aspal. Sesekali kita melewati jempatan dari kayu yang di susun dan dibawahnya sungai.

Saat kami sudah basah kuyup karna hujan deras, barulah melihat ada rumah penduduk. Kamipun berhenti dan berteduh di rumah warga.  Sekitar satu jam aku berhenti  di dapur rumah warga akupun kembali berjalan karna takut kesorean sampai di desa dan gelap.  Jalan sangat licin dan lembek, beberapa kali ban motor pak de masuk kedalam lumpur dan kami terjatuh, untungnya pak de pelan-pelan jadi dapat dikendalikan. Sampailah pada sungai yang cukup besar, pak de tidak berani melintasi jembatannya karna tanah setelah jembatan itu lembek sekali, pak de meninggalkan motornya dan mengantarkanku jalan kaki… kira-kira desaku tinggal kurang lebih 5 km lagi.

Diperjalanan, aku melihat ada sungai yang kayak banjir bandang, menghanyutkan bebatuan karna begitu derasnya aliran air. Airnya sudah berubah menjadi warna coklat, dan bunyi peraduan bebatuan di sungai menandakan air itu dalam dan tidak seperti biaya yang bisa dimasuki ketika nyebrang, aku bingung bagaimana cara menyebrangi sungai tersebut yang tidak ada jembatan. Akupun mengajak pak de kembali “pak de kita kembali saja, aku tidak berani melintasinya”. Pak de pun diam, seperti memikirkan sesuatu. Selang beberapa menit, pak de membalikkan badannya dan mulai melangkah balik tampa ada pemberitahuan apapun. Dari kejauhan aku melihat ada seorang pemuda lokal yan berlari membawa parang, mereka menuju kami, tampa berkata sedikitpun…. Dan dibelakang pemuda itu ada menyusul anak-anak kecil bertiga sekitar usia 5-6 tahunan. 

Sesampai dihadapan kamipun, pemuda itu langsung berbicara, “itu ibu guru mau nyebrang tapi jembatannya tidak ada” ia seperti bicara sendiri dan kemudian meninggalkan kami, aku heran, pemuda itu langsung ke hutan dan menebang nebang pohon pohon yang sudah tumbang, aku mikirnya oh mungkin pemuda itu lagi mencari kayu bakar.  Aku kembali mengajak pak de kembali, karna percuma saja menghambiskan waktu takutnya nanti hujan kembali. 

Tapi ternyata pemuda itu sendang megambil kayu kayu besar untuk dijadikan jembatan titian suapaya aku bisa nyebrang. Aku hanya bisa melihat. Ia dengan cepat dan cekatan mengatur kayu demi kayu, menyusun kayu demi kayu sehingga kokoh untuk dilwati, anak anak kecil yang ikut dengan pemuda itu juga ikut lalu lalalng meniti jembatan dari kayu tersebut dan loncat-loncat, ia memberi tanda padaku bahwa jembatan ini kuat untuk dilewati.

Setelah ia selesai membuat jembatan titian tersebut, ia mengambilkan aku satu buah kayu untuk pegangan dan menuntun aku menyebarang lewat jembatan titian tersebut, menunjukkan gimana cara melangkah supaya tidak kepeleset dan seimbang. Ia memangkan tanganku supaya akupun meniti jembatan dua kayu itu dengan seimbang.

Setelah aku sampai diseberang, pak de pun pamit mengantarkanku sampai disini. Akupun melanjutkan perjalanan bersama pemuda itu, dan aku mulai bertanya “kakak punya nama siapa?” ia tersenyum dan tidak menjawab, aku mikir apakah dia mengerti bahasa Indonesia sehingga dia tidak menjawab pertanyaanku? Aku ulang kembali bertanya “kakak punya nama siapa?” aku bertanya dengan suara yang lebih keras dan intonasi yang lebih pelan dan jelas. Lalu pemuda itu menjawab, saya tidak punya nama. Aku kembali heran, dan melajutkan pertanyaan “lalu saya bisa panggil siapa?” dan pemuda itu menjawab “panggil kakak saja sudah” dan akupun memanggilnya kakak… selama perjalanan aku mengajak pemuda itu bercerita tentang keluarganya dan juga desanya. Sering sekali saat diperjalanan kami hanya diam menikmati langkah sendiri-sendiri. 

Dia membawakan barangku yang cukup berat sampai di depan desa. Dia membantuku tampa tau siapa aku, ia hanya tau bahwa aku guru yang akan mengajar anak-anak di desa sebelah. Dan ketika kita berpisah aku minta dia untuk berfoto denganku karna melihatnysa seperti malaikat yang telah membantu perjalananku ke desa. Lalu dia menolak, dan aku membujuknya dengan mengatakan, “kakak sudah membantu ibu guru to, boleh dong berfoto sama ibu guru” dan dia menjawab, oh iya membantu, dan dia mau berfoto dan kemudian menitipkan pesan padaku “bantu adek adek saya juga ya belajar bu guru” aku langsung tersentuh, pemuda itu datang  mengajarkan ketululusan padaku dan menyadarkanku kembali bahwa aku adalah guru yang akan membantu anak anak disini keluar dari kebodohan dan kemiskinan ilmu.

About srihandini.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar