Guru Cilik
seperti biasa setiap hari jumat aku akan menjadi guru yang akan mengajar kelas satu sampai kelas enam untuk mata pelajaran penjaskes, pagi itu gerimis dan berkabut. anak-anak aku ajak untuk olahraga di dalam ruangan kelas tiga. setelah olahraga dan anak-anak istirahat, biasaya aku bisa pulang, karna pelajaran selanjutnya adalah pelajaran Agama yang biasa diberikan oleh kepala sekolah atau guru disana.
tapi pagi itu aku ditemui oleh kepala sekolah dan mengatakan, beliau ingin pergi ke kota dan meminta aku untuk bisa memberikan pelajaran pada anak-anak. oke berarti anak-anak hari ini tidak belajar agama. aku mulai berfikir, untuk belajar olahraga boleh rangkap enam, dari kelas satu sampai kelas enam, tapi kalau pelajaran yang lainnya tentu kemampuan anak-anak berbeda-beda, tidak mungkin aku harus bolak-balik ke enam kelas secara bergantian. dan saat itu aku melihat anak kelas lima dan kelas enam lagi duduk-duduk di halaman sambil mencari-cari kutu temannya. ah mereka lucu sekali.... aku hampiri mereka dan setengah berteriak mengagetkan mereka "ayo kutu siapa yang paling banyak?" dengan bangga dan penuh percaya diri mereka menganggkat tangannya dan berkata "saya bu guru, ini kutu suka bikin-bikin gatal" dengan spontan aku tertawa melihat kepolosan mereka. tapi bukan itu tujuanku menghampiri mereka.
dengan semangat aku berkata pada anak-anak "ayo angkat tangan, siapa yang punya cita-cita sebagai bapak dan ibu guru?" dari dua belas anak yang terdiri dari kelas lima dan kelas enam ada delapan anak yang angkat tanggan dengan bangga dan berteriak "saya ibu guru". kemudian dengan semangat aku kembali berteriak "ayo angkat tangan yang sayang pada adek-adeknya?" dengan serempak mereka semua berteriak "semua ibu guru". "semuanya siapa saja ayo angkat tanggannya". dan mereka kembali menganggakat tangannya dan berteriak lagi "saya ibu guru".
karna semuanya sayang pada adek-adek kalian, hari ini kalian semua akan menjadi bapak dan ibu guru yang akan mengajar adek-adek kalian, kelas lima mengajar kelas satu dan kelas enam mengajar kelas dua. siap?
yang membuat aku kaget adalah mereka dengan semangat berteriak "Siap" tanpa ada terlihat wajah penolakan dan juga keluhan ketika diminta untuk mengajar adek-adek mereka di kelas satu dan dua.
hari itupun kegiatan belajar mengajar menjadi efektif walaupun tidak ada guru. aku mengajar dikelas tiga dan empat sedangkan yang mengajar kelas satu dan dua adalah murid kelas lima dan enam.
sesekali aku melihat mereka mengajar "tok tok tok" ada pukulan keras kemeja dan semua anak-anak kelas dua berdiri dan berteriak "selamat siang kakak-kakak" mereka memulai pelajaran dengan berdo'a yang dipimpin oleh kakak-kakak mereka. setelah berdo'a, anak kelas lima dan juga kelas eman mengajarkan adek-adeknya mengenal huruf dan juga angka. anak-anak yang dapat menjawab pertanyaannya, mereka berikan apresiasi seperti memuji adeknya dengan kata "pintar, hebat, luar biasa" ayo kita berikan tepuk anak pintar, tepuk hebat dan lain-lain sebagai apresiasi kepada adek-adek yang bisa menjawab pertanyaannya. bagi adek-adek yang tidak menjawab atau main-main dalam belajar mereka teriakkan dengan menyebut namanya dan berkata dengan keras "jangan main-main ini huruf apa?" aku kaget melihat anak-anak kelas lima dan juga kelas emam mengajar adek-adeknya, kadang mereka lembut dan penuh apresiasi pada adek-adeknya, kadang mereka keras karna adek-adeknya bermain-main dalam belajar. dan ketika mereka melihat adek-adeknya bosan, mereka megajak adek-adeknya bernyanyi bersama dan kemudian memulai kembali pelajaran berhitung ataupun menulis.
aku kaget mereka mempunyai keberanian dan juga percaya diri yang tinggi. mereka sangat dihargai oleh adek-adeknya bak seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas.
aku malu sama mereka, mereka yang kelas lima dan kelas enam sangat hebat mengkondisikan kelas dengan penuh percaya diri dan juga keberanian. mereka mengajar dengan penuh totalitas, mengajarkan anak-anak kelas satu mengenal huruf, angka, dan menulis. sesekali mereka mengajar adek-adeknya bernyanyi dan kelaspun terlihat ceria dengan sorakan mereka yang bersemangat. aku malu, aku belum pernah bisa membuat kelas satu dan juga kelas dua bernyanyi se semangat itu.
0 komentar :
Posting Komentar