MINORITAS dan Indahnya TOLERANSI



Perbedaan yang kadang membuat kita memaknai sebuah hal yang jarang kita syukuri, perbedaan juga kadang membuat kita lebih menghargai yang selama ini lalai dan luput dalam kesadaran kita.

perjalanan ini mengajarkan banyak hal pada saya tentang makna toleransi. toleransi dalam sebuah perbedaan dalam minoritas. perjalan ke timur indonesia. keperutnya papua. perbatasan dengan papua nugini dan dinginnya pegunungan. daerah ini dikatakan negri di atas awan yang disebut pegunungan bintang.

saya di tempatkan di SD Inpres Argapilong, dari ibu kota kabupaten (oksibil), saya harus naik ojek sekitar 30 menit ke mata jalan lalu dilanjutkan dengan jalan kaki ke desa sekitar 2 jam perjalanan bagi pemula, perjalanannya mendaki dan turun gunung, masuk keluar hutan. hanya ada dua kampung yang saya lewati ketika menuju desa. hanya sendiri, yah seorang diri melewati tantangan tersebut.

sampai didesa, perbedaan itu baru terasa, saya hanya sendiri yang berambut lurus, berkulit putih, beragama islam, yang memakai hijab, semuanya berbeda sekali, berbeda dalam kebiasaan, berbeda dalam budaya, berbeda dalam bahasa, berbeda dalam tingkat pendidikan, berbeda dalam fisik, berbeda dalam makanan, semuanya berbeda. bahkan berbeda karakter. dan lain sebagainya. emang tidak sepenuhnya berbeda, ada hal yang tersembunyi mungkin bisa jadi kami punya persamaan, mungkin seperti kita sama-sama manusia yang sama-sama mempunyai kepedulian.

Baru kali ini saya menjadi orang minoritas, apalagi minoritas dalam keyakinan itu sempat membuat saya shok, saya yang dibentuk oleh islam sekarang kebiasaan itu berputar 360 derajad. lalu pertanyaannya bisa kah saya bertahan?

tertanyata masyarakat pegunungan bintang sangat bertoleransi terhadap agama, ketika saya harus sholat, mereka sangat menghargai dengan tidak bertamu diwaktu waktu saya sholat. ketika saya harus memakai jilbab ke sekolah mereka tidak mempermasalahkan itu sama sekali. dan bahkan ketika mereka merayakan atau syukuran dengan budaya mereka bakar batu, mereka sama sekali tidak menawarkan saya makanan yang bagi agama saya haram saya makan. sama sekali tidak pernah ditawarkan.

Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. dan selama saya bersosialisasi tidak pernah mempermasalahkan agama. Bermuamalat terhadap manusia itu tugas kita sebagai makhluk sosial cerminan pribadi muslim yang saling membantu.

dan ketika mereka natal dan saya tidak menyampaikan apapuan pada mereka mereka, mereka tidak lagi tersinggung dan membilang saya sombong, karna begitulah saya menghargai agamanya dan mereka juga menghargai kepercayaan saya.

Agama menghambat kita untuk berbuat baik atau bersosial kepada yang berbeda keyakinan sama kita? menurut saya tidak sama sekali....bahkan ada kisah rasulullah yang selalu berbuat baik sama nenek nenek yang berbeda keyakinan sampai menyuapkan nenek tersebut setiap hari dengan membantunya mengunyah. itu cerminan muslim. selalu mengambil kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan.

About srihandini.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar