SUSTER UNTUK OKATEM (Part 1)

saat pemberian hadiah lomba dari kepala sekolah kepada anak anak yang ikut lomba

"jika ko besar nanti ko ingin menjadi apa nak?" tanyaku pada seorang anak kelas lima. ia murid yang sudah dari kelas empat aku ajar.
"sa ingin menjadi suster bu guru" jawabnya santai tanpa ekspresi dan tidak juga antusias.
namanya Kakamum, dia punya hati yang lembut, sopan lagi baik, jika ada temannya yang main main dan juga ribut serta melanggar etika yang tidak biasa, dia selalu mengingatkan ataupun mengadukan padaku.

ia anak yang introvet, tanpa ekspresi dan susah menebak apa yang dirasakan anak ini.
tapi aku percaya, anak yang introvert (seperti aku) akan bisa curhat buka bukaan kalau orang tersebut sudah nyaman dan juga dipercayanya. (bener ngk tebakan aku ini para kalian yang punya pribadi introvert) hehe

aku sering ikut denganya kehutan mencari cendawan, pergi ke kebun memetik sayur, pergi ke puncak gunung masak masak, pergi menyusuri sungai untuk mencari aning (red. Berudu), mencari kayu bakar ke hutan dan ada satu hal yang aku tidak akan bakalan mau diajak oleh anak anak adalah, mencari ulat ke hutan (boh lihat ulat aja aku dah keringat dingin, gimana melihat anak anak harus mencari ulat dan memakannya) karna itu kebiasaan ini tidak pernah aku tertarik untuk ikut.

dia yang sering ikut denganku, mengantarkanku ke mata jalan, menjemput di mata jalan, dan selalu menemaniku berjalan (ini artinya ketika teman2nya sudah pada meninggalkan aku karna jalanku pelan masuk hutan, kakamumlah yang selalu berjalan dibelakangku dan memastikan aku tidak apa-apa, dan jika dia berjalan di depanku, ia akan sering melihat ke belakang memastikan aku tidak ketinggalan). namun disepanjang jalan kami hanya diam (ya maklum sama-sama introvert) kadang aku yang memulai pembicaraan, namum hanya di jawab "yo bu guru" titik ngk ada lanjutan. jadi sesama introvert pasti krik krik kan ya, kami berbicara dalam telepati kali ya, saling memahami dalam diam.. eaaa

nah waktu itu ketika kakamum menawarkan diri membantuku untuk mencuci piring ke kali, aku banyak bertanya tentang cita-citanya. kenapa ia ingin menjadi suster. beberapa hari lalu aku mendapatkan infornasi ada lomba penulis cilik sidu yang diselenggarakan oleh majalah bobo pada bulan juni-juli 2017, mendengar kakamum berkisah dengan terbata bata, dengan bahasa ala dia yang hanya mengatakan kata demi kata dan kemudian aku berusaha menyusun dan memahami maksud dari ceritanya, cukup ini kekuatan yang besar untuk menjadikan tulisan yang menyentuh.

akhirnya anak anak kelas lima dan enam yang berjumlah 7 orang aku suruh menulis tentang #andai aku besar nanti. tulisan anak anak sering aku revisi karena terbalik balik dalam menggunakan SPOK dan juga EYD, ada yang bosan karena aku lagi lagi menyuruhnya untuk mengulang. kemudian dia memutuskan untuk tidak melanjutkan. akhirnya ada 5 tulisan aku kirim untuk ikut lomba festival penulis cilik tersebut dan menyusul 2 tulisan lagi karena melihat teman temannya ikut, jadi kepengen ikutan juga yang akhirnya kedua anak yang menyerah memutuskan untuk melanjutkan tulisannya. ini dua bocah tidak mengeti gimana sulitnya mengirimkan berkas lewat email dan juga ongkos kirim yang mahal untuk mengirimkan berkas aslinya. dengan gampangnya dia menyusul setelah mengatakan tidak. saat itu agak sedikit emosi karna memikirkan akan turun lagi ke oksibil jalan kaki padahal baru 2 hari yang lalu dari oksibil. namun karena ini kesempatan bagus untuk anak anak ikut, aku selalu menyokong mereka. tak apalah. bagian begini kalau kalian semangat ibu guru jauh lebih semangat.

bulan agustus setelah liburan panjang. aku kembali lagi ke desa dengan semangat baru. aku datang sengaja satu minggu lebih awal sebelum masuk sekolah. karena ingin ikut bermain dulu sama anak - anak di desa. sore harinya menjelang magrib, kepala sekolahku, pak leo datang ke rumah membawakan seekor ayam potong yang dibelinya di pasar oksibil. inilah yang sering membuat ku baper, jika lihat lihat sikap pak leo, aku selalu ingat papa dirumahku di payakumbuh, pak leo kalau pergi ke oksibil kadang membawakan aku seeokor ayam, kadang kalau ada uang beliin aku telur satu rak, ada ada aja. namum waktu itu pak leo tidak hanya bawa oleh oleh ayam potong saja, tapi sebuah oleh oleh yang membuat aku senang sampai menangis saking terharunya.

pak leo memberitahukan bahwa anak anak yang aku kirimkan berkas tulisannya untuk ikut lomba festival penulis cilik sidu yang diselenggarakan oleh bobo menadapat juara 3. ini membuat aku kaget. ini lomba tingkat nasional yang diikuti oleh anak anak se indonesia. tidak menyangka ternyata anak anak polesok ini bisa juara 3. ya juara 3 tingkat nasional. dia adalah kakakmum kasipmabin.
siapa bilang anak pelosok ngk bisa bersaing? mereka hanya minim kesempatan, minim fasilitas. tapi kalau ditanya semangat. mereka punya semangat dan kemauan.


About srihandini.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar