Cinta Pemuda Hutan




Sore ini rencanaku bermain kekampung kembali batal saat aku sudah mengunci pintu rumah. Langkahku kembali didahului oleh hujan bak air bah yang turun dari langit.  Di satu sisi senang sekali, karna beberapa hari ini di rumah kehabisan air. Datangnya hujan bak dahaga yang datang ketika kehausan di padang pasir. Aku kembali masuk kerumah dan mengurung diri di kamar, membuka laptop dan langsung menyalakan film. Inilah hiburanku ketika aku berhasil ngecas laptop.

Tidak lama kemudian terdengar suara seorang laki-laki memanggilku di luarsana, suaranya terdengar samar, karena suara air hujan yang deras dan juga suara film yang aku putarkan. Aku tidak bisa menebak, siapa yang memanggilku hujan-hujan begini? Jikapun itu anak-anak, biasanya mereka pergi belajar ataupun berteduh habis bermain di sekolah. jikalau itu bapak-bapak biasanya itu rezki yang datang, yaitu bapak yang pulang dari kebun dan mengantarkan sayuran dan juga boneng untukku. Aku langsung menyahut panggilan itu tanpa ragu. “ya bapak, sebentar bapak” aku bersegera membuka pintu kamarku dan mengintip keluar rumah lewat gorden jendela yang transparan.
“ya Allah, pemuda itu. Dia datang lagi. Sudah lama ia tak datang, sekarang ia muncul lagi. Aku kembali masuk kekamar dan mengunci pintu kamar. Aku langsung mematikan film yang aku tonton dan berdiam diri di dalam kamar. Jantungku kembali berdetak kencang seperti saat dia datang kali ketiganya kerumahku. Kali ini ntah yang keberapa kali ia datang. Dan aku tidak mau lagi menemuinya. Rasa yang diaciptakan padaku begitu mengganggu dan membuatku sulit untuk memejamkan mataku dikala malam.
            Sore ini tidak seperti biasanya, ketika pemuda yang bernama buyuang (nama disamarkan) itu datang, masyarakat langsung turun kerumahku. Setidaknya anak-anakakan ramai di pagar kampung. Aku mengintip dari jendela kamarku tidak ada satupun orang yang lalu lalang di depan rumahku. Pemuda itu mengililingi rumahku dan kembali memanggilku. Jantungku berdetak lebih kencang. Dan tak tertahankan matakupun tak bisa menahan tangis karna ketakutan. Bibir ini tak berhenti berdzikir. Aku selalu berdo’a agar Allah melindungiku dan masyarakat segera datang kerumahku.
Satu jam berlalu, terdengar suara anak-anak yang berlari dari kampung memanggilku. “ibu guru…. Ibu guru…” berulang ulang mereka memanggil. Aku segera membuka pintu karena aku yakin pemuda itu sudah tidak di depan rumah lagi. “kenapa kalian baru datang nak…? Kenapa biarkan ibu guru sendirian?”
“kita takut ibu guru, itu buyuang ganas” jawab anak-anak
Itu pemuda ntah berapa kali datang kerumahku. Dia datang dengan membuat berita yang tidak menyenangkan. Dia mengatakan akan membawaku kehutan tinggal bersama dia di hutan dan akan mengawiniku. Tidak jarang masyarakat marah dan mengusirnya. Tapi tetap saja dia tidak berhenti datang. Dan malah mengancam balik masyarakat. Pemuda itu datang ketika masyarakat lagi sepi di kampung. Apakah itu pagi-pagi, ataupun sore-sore. Kedatangan dia itu membuatku menjadi orang parno. Tidak berani keluar kamar diatas jam 6 malam. Tidak berani bangun kalau belum ada sinar matahari masuk lewat jendela. Ketakutan yang berbulan-bulan yang membuatku menjadi orang yang sangat was was ketika sendiri.
Semenjak kejadianitu. Anak-anak selalu menemaniku dirumah. Masyarakat lebih perhatian padaku. Mereka selalu mengingatkan. “Kita punyaibu guru Cuma satu, itu ibu guru harus dijaga tidak boleh sendiri”. Dan ini pun kesempatan bagus bagiku. Karena anak-anak sering dirumah, aku bisa mengajarkan anak-anak Calistung di rumah. Dan akupun sering main kedapur masyarkat untuk bercerita.
Setiap kejadian itu selalu ada pembelajaran yang luar biasa yang sedang di ajarkan pada kita. Kali ini Allah mengajarkan padaku rasa takut yang teramat sangat. Disana aku kembali bermuhasabah diri melatih diri untuk menjadi hamba-Nya yang takut pada azabNya.

About srihandini.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar