Aku ini Kenapa? KILAS BALIK 12 PURNAMA LALU




Sebentar lagi pesawat akan mendarat di bandara sentani, Papua. Bumi Papua terlihat jelas dari atas pesawat, tidak lagi ditutupi awan. Terlihat pegunungan, pantai yang indah dan danau sentani. Sebentar lagi aku akan menginjak tanah papua. ntah kenapa aku masih seperti mimpi, tak percaya akan ada hari ini. sekuat tenaga aku berusaha untuk membangunkan diriku dari mimpi ini, tapi aku tak sanggup karena itu bukanlah mimpi. Untuk bermimpi saja aku masih takut apalagi menghadapi kenyataan hari ini, aku akan mengabdi di pelosok papua. dari jayapura aku harus naik pesawat lagi 45 menit menggunakan pesawat kecil dan masuk ke perutnya pulau papua. Kabupaten Perbatasan dengan papua nugini. 

Aku berusaha untuk tidak berfikir apapun tentang hari ini, dan esok. Itu cukup membuatku agak tenang, walaupun begitu sulit mengalihkan perhatian pikiran. Sesampai di bandara sentani aku seperti tidak merasakan menginjak bumi. Semuanya tak pernah terbayangkan olehku. Bandaranya, Orang-orangnya dan aku masih punya trauma dengan orang-orang papua. 

Penerbangan  ke kab. Pegunungan bintang putar balik karena cuaca buruk dan kami kembali lagi ke bandara sentani. Aku selalu berdo’a agar kembali lagi kejakarta. Tak ingin rasanya aku pergi ke daerah tersebut.  Keberangkatan ke oksinil aku putuskan ingin melihat bagaimana bentuk daerah penempatanku dari atas udara. Tak sedikitpun mataku ingin ku pejamkan untuk tidur. Menjelang pesawat mendarat terlihatlah. Hutan-hutan yang sangat lebat. Terlihat jalan tanah yang berliku liku di tengah hutan, aliran sungai dan ada setumpuk setumpuk rumah di tengah hutan. Tak henti hentinya mulut ini beristigfar. Bahkan sampai saat inipun aku tak percaya ini adalah kenyataan. Ya Tuhan aku tak percaya jalan hidupku akan ku jalani di tengah hutan itu. 

Untuk menuju kampungku aku harus berjalan kaki di lereng gunung yang disampingnya hutan lebat selama satu setengah jam. Tidak jarang aku harus menempuhnya sendiri. Enam purnama sudah kujalani. Sekrang timbullah rasa cinta itu pada kampung ini. pada anak-anak yang aku ajar, dan juga pada masyarakat. Terlalu besar cinta yang kumiliki saat ini. Cinta karna Allah, cinta karna banyak harapan yang ku panjatkan pada Allah untuk kampung ini. termasuk setitik Hidayah.

Ternyata diatas semua ketakutanku, kemarahanku, ketidakterimaanku yang semuanya hanya bisa ku pendam sendiri. Dibalik itu Allah sedang berbicara padaku. Yang selalu membisikkan makna sabar dan ikhlas.  Dulunya aku selalu mencari makna kedua itu. Sekarang aku telah menemukannya. Ketika aku harus menerima semua ketakutanku, kemarahanku, kebencianku, bahkan dendamku. Sekarang aku tahu ikhlas itu menerima dengan tulus tanpa ada lagi prasangka. Sabar itu menjalani dengan bahagia sehingga timbullah cinta. 

Ditanah ini. aku mengerti kenapa aku harus disini. Allah mengajarkanku tentang Tauhid. Dan Cinta itu adalah ketika orang yang kita cintai ingin sama-sama dicintai Allah. Ditanah ini ada sebuah Harapan besar yang ku Hajadkan pada Allah. Tentang sebuah Mencinta Karena Allah.

About srihandini.blogspot.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar